Sang Juara
Semalam saya membuka halaman teman lama sekaligus salah satu inspirator dalam hidup saya. Teman baik, yang tampil bukan seperti orang desa tapi bersekolah di desa, cerdas, membanggakan, dan tak terkalahkan. Dalam hal apa? Semuanya. Saat itu dia adalah pelukis yang hebat, pembaca buku komik, dan juara.
Teman kecil yang tidak akan saya lupa dalam hidup karena telah membangunkan saya dari kenyamanan untuk tinggal di desa pinggir hutan Sumatera. Kekaguman saya sampai sekarang tidak berubah meski sekarang dia sudah tidak ada. Saat dewasa, dia tetap juara.
Dulu saya berfikir saya tidak akan pernah mengalahkannya, apalagi untuk membuatnya kagum, tidak akan bisa. Selain tidak adanya interaksi, saya yang selalu stalking lama-lama menjadi seorang pengecut. Dan sedihnya saya masih ingin melanjutkan kompetisi lagi seperti dulu kala. Sayangnya, Allah lebih sayang padanya dan menjemputnya setelah sakit panjang.
Pertemanan kami saat kecil akan selalu saya kenang, akan saya ambil bagian yang baik dari seorang yang tak pernah terkalahkan. Baik prestasi maupun hatinya. Teman yang selalu dan masih muncul sebagai sosok kecil dalam mimpi-mimpi saya, belajar di sekolah yang sama, mengaji di masjid yang sama. Hanya dari layar maya saya melihatnya dewasa dan tetap penuh dengan pesona. Satu-satunya video yang dibuatnya di kanal youtubenya mendorong saya untuk berdoa, bahwa ia mendapat tempat terbaik disisi Allah swt yang ia rindukan sebagaimana lirik lagu yang dicovernya.
Entah, sampai kapan teman kecil ini akan selesai berada dalam mimpi-mimpi saya. Mendorong saya untuk bisa melakukan karya besar sehingga saya bisa mengalahkannya. Sayangnya, ia tetaplah juaranya.
Teman kecil yang tidak akan saya lupa dalam hidup karena telah membangunkan saya dari kenyamanan untuk tinggal di desa pinggir hutan Sumatera. Kekaguman saya sampai sekarang tidak berubah meski sekarang dia sudah tidak ada. Saat dewasa, dia tetap juara.
Dulu saya berfikir saya tidak akan pernah mengalahkannya, apalagi untuk membuatnya kagum, tidak akan bisa. Selain tidak adanya interaksi, saya yang selalu stalking lama-lama menjadi seorang pengecut. Dan sedihnya saya masih ingin melanjutkan kompetisi lagi seperti dulu kala. Sayangnya, Allah lebih sayang padanya dan menjemputnya setelah sakit panjang.
Pertemanan kami saat kecil akan selalu saya kenang, akan saya ambil bagian yang baik dari seorang yang tak pernah terkalahkan. Baik prestasi maupun hatinya. Teman yang selalu dan masih muncul sebagai sosok kecil dalam mimpi-mimpi saya, belajar di sekolah yang sama, mengaji di masjid yang sama. Hanya dari layar maya saya melihatnya dewasa dan tetap penuh dengan pesona. Satu-satunya video yang dibuatnya di kanal youtubenya mendorong saya untuk berdoa, bahwa ia mendapat tempat terbaik disisi Allah swt yang ia rindukan sebagaimana lirik lagu yang dicovernya.
Entah, sampai kapan teman kecil ini akan selesai berada dalam mimpi-mimpi saya. Mendorong saya untuk bisa melakukan karya besar sehingga saya bisa mengalahkannya. Sayangnya, ia tetaplah juaranya.
Komentar
Posting Komentar