Postingan

Masih Introvert

Menulis dan membaca lagi postingan dalam blog ini seperti telah membuka kaset dalam kepala. Sekian tahun yang lalu adalah apa yang saya tulis. Masih tentang diri sendiri dan sebenarnya itu menyedihkan. Saya merasa tidak pernah selesai dengan diri sendiri. Saat dimulai WFH adalah saat dimana saya 'kumat', terlalu bersenang-senang diatas tempat tidur dan nonton film. Tidak mengantar anak sekolah bahkan membiarkan mereka juga libur belajar. Just have fun. Ada pembelaan yang baik bagi orang yang senang bermalas-malas seperti saya, dari seorang pemalas biasanya muncul ide besar, muncul mimpi besar, muncul alat-alat canggih yang membantu pemalas untuk menyelesaikan pekerjaan. Tapi, saya bukan pemalas. Saya tukang tidur. Tidur di kasur, tidur di kelas, tidur di meja kerja, tidur di tempat shalat. Saat WFH dimulai saya juga 'kumat ngalong', alias melek malam. Seakan lelah dengan belajar maka saya 'ngalong' dengan hanya nonton film. Wifi yang dipasang membuat jam terba

Si Pemikir yang Dalam

Tipe-tipe introvert yang sensitif, senang dengan kesendirian, suka akan kesunyian dan sering hilang dari keramaian, sulit memulai pekerjaan, tertekan akan deadline, serentetan sifat yang ditemui dari pemikir mendalam seperti saya. Terbukti dengan tidak punya banyak teman, suka akan kenangan dan sekian daftar puisi serta cerita yang selalu diterka berada dibaliknya. It is so sad to know all of this list. Ada beberapa hal yang sudah lupa rupanya, bahwa dulu ketika kecil banyak hal yang sudah saya lakukan bersama dengan teman-teman baik tetangga maupun di sekolah. Menjadi rangking 2 yang tak pernah menjadi ranking 1 dan selalu menjadi ketua di tim anak perempuan, waktu SD aja. Sampai hari ini saya masih ingin mengenal diri saya lebih dalam dan saya ingin membentuk sosok yang lebih periang, berani dan sabar. Ada scene yang bisa dikatakan pada waktu itu bahwa saya orang yang menyenangkan ketika saya bertemu dengan orang baru. Kami bertukar pikiran dan mengatakan bahwa mengapa ada banyak

Sang Juara

Semalam saya membuka halaman teman lama sekaligus salah satu inspirator dalam hidup saya. Teman baik, yang tampil bukan seperti orang desa tapi bersekolah di desa, cerdas, membanggakan, dan tak terkalahkan. Dalam hal apa? Semuanya. Saat itu dia adalah pelukis yang hebat, pembaca buku komik, dan juara. Teman kecil yang tidak akan saya lupa dalam hidup karena telah membangunkan saya dari kenyamanan untuk tinggal di desa pinggir hutan Sumatera. Kekaguman saya sampai sekarang tidak berubah meski sekarang dia sudah tidak ada. Saat dewasa, dia tetap juara. Dulu saya berfikir saya tidak akan pernah mengalahkannya, apalagi untuk membuatnya kagum, tidak akan bisa. Selain tidak adanya interaksi, saya yang selalu stalking lama-lama menjadi seorang pengecut. Dan sedihnya saya masih ingin melanjutkan kompetisi lagi seperti dulu kala. Sayangnya, Allah lebih sayang padanya dan menjemputnya setelah sakit panjang. Pertemanan kami saat kecil akan selalu saya kenang, akan saya ambil bagian yang ba

Saya

Salah satu yang menjadi penghalang yang ada pada diri saya sendiri adalah kepercayaan diri. Sering saya harus mendengar pendapat orang lain untuk bisa meyakinkan saya bahwa saya bisa berbuat sesuatu. Ah, itulah manusia. Dia kompleks sekali. Yang saya harapkan apa yang pernah diucapkan oleh seorang teman kepada saya, sambil menggerakkan telunjuknya ke jidat dan dada saya saya dia berkata, 'lebarin jidatnya, luasin dadanya'. Setelah itu saya ingin mengenal diri saya sendiri lebih dalam. Dari itu Saya tahu bahwa saya harus menerima sekian kekalahan terhadap keegoisan, amarah dan hawa nafsu. Melakukannya tidak semudah membalik tangan dan tiba-tiba saya menyukai diri saya yang dulu, ketika saya kecil dan ketika saya masih remaja. Wkwk Lalu yang saya lakukan adalah mengolok-olok diri saya sendiri, menjadikannya seperti guyonan yang lezat. Lambat laun, saya terbiasa dengan ejekan yang datang dari orang, sebagai orang yang sensitif dan saya mulai terbiasa tampil dalam kondisi tida

Orang-Orang Ini...

Ada dua orang dalam beberapa perjalanan antar kota yang sampai saat ini membuat saya penasaran. Yang pertama orang adalah orang yang saya temui di kereta dalam perjalanan Surabaya - Bojonegoro, orang yang sudah membuka mata dan akal saya dalam sekejap. Dimulai dari membaca siapa saya dan apa yang saya rasakan. Mungkin wajah saya yang menua dan tidak enak diajak berteman, dan juga energi negatif yang saya tebar. Dari nasehatnya saya bisa membuka mata lebih luas, melapangkan hati lagi dan lagi, melebarkan 'jidat' saya, dan membangunkan saya dari angan-angan yang gelap. Dan sudah ada yang mengatakan saya bodoh karena tidak meminta nomor kontaknya. Mungkin memang harus begitu, biar saya terkesan dalam perjalanan kereta yang hanya 2 jam itu. Yang satu ada kontaknya, tapi yang besangkutan sama sekali tidak ingin saya kontak. Anda tahu, dengan begitu saya merasa seperti botol mineral yang terbuang. Haha.. it's fun to laugh at yourself and it was healing my mental, this true guy

Go Home

Dear world, some brave is needed to write again in my home. Not really home, just a page to go back in some years ago. Yeah, the time when 1 was believe about my dream, and i have caunting the time. And, some friends who was believe with their dreams. If other people talking about wealth, money, i still here fighting myself, laziness, foolishness, and some others stupidities. So, i decide to go home, writing again, beyond me, as a girl, a women, a mother, a wife , a daughter, a teacher. Somehow, just let this page fulfilled some caharacters to tell some story. I just imagine when in another time my girls read this page and understand some episode in our life. Maybe some friend who ever visited this page never want comeback here when they saw this page was closed. So, i decided to write again just for me. Let it flow and feel the brearth...
Apa kabar cinta Mengingatmu Seperti mengais abu Kugenggam, namun tak mampu kubawa pulang Apa kabar cinta Masih ingatkah kembang-kembang kita? Merah merekah, bukan mawar, krisan bahkan kamboja Ia resah, merindumu Lagi Apa kabar cinta Wajahmu membuatku terjaga Setelah sekian panjang lorong waktu kulalui, Ada lagi Puisi malammu Apa kabar cinta Entah puncak mana yang kau daki, samudra mana yang kau sebrangi, Aku masih dirumahku Menunggumu Lagi Apa kabar cinta Kapan kau sambangi aku Rindu ini membuncah Entahlah Apa kabar cinta Mestinya kita lelah Tapi kau tetap pujanggaku Meski pun telah renta Apa kabar cinta Aku usang kau tetaplah cahaya